kievskiy.org

Sukmawati Soekarnoputri: Persepsi dan Emosinya Tentang Agama dan Budaya

Sukmawati Soekarnoputri, anak keempat Presiden Soekarno.
Sukmawati Soekarnoputri, anak keempat Presiden Soekarno. /Antara/Meli Pratiwi Antara/Meli Pratiwi

PIKIRAN RAKYAT - Ada beberapa perilaku Putri Presiden RI ke-1 Ir. Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri yang mendistorsi pemahaman keagamaan yang sudah mapan dengan budaya local—bahkan memparadokskannya—dengan membuat ulah melalui pernyataan dalam pidatonya yang sejatinya bukan merendahkan Nabi Muhammad dan ummatnya. Tetapi telah merendahkan diri dan keluarganya, sekaligus juga menunjukkan jati dirinya yang dangkal dan tidak cerdas dari sisi keilmuan maupun memetakan emosinya dalam situasi bangsa yang sedang bergerak memoderasi ummat dalam pemahaman keagamaan di tengah bangsa yang majemuk.

Sebenarnya tidak terlalu menarik untuk dibahas pidato Sukmawati ini, sebagaimana dulu juga menyampaikan pernyataan dalam puisinya yang berjudul Ibu Indonesia  dalam acara “29 Tahun Anne Avantie Berkarya”. Ada dua hal yang dipersoalkan. Pertama, saat dalam bait puisinya menyatakan bahwa konde ibu Indonesia lebih cantik dari cadar. (Aku tak tahu syariat Islam. Yang ku tahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah. Lebih cantik dari cadar dirimu). Kedua, saat ia mengatakan bahwa kidung ibu Indonesia lebih merdu dari alunan adzan (Aku tak tahu syariat Islam. Yang ku tahu suara kidung ibu Indonesia, sangatlah elok. Lebih merdu dari alunan adzanmu). Yang sekali lagi—sebagaimana diakuinya—menunjukkan akan kedangkalan ilmu keagamaannya, sangat keliru dan tidak logis, tetapi harus diluruskan. Karena di ujung akhir—pasti—ia akan minta maaf kepada ummat Islam. 

Muhammad SAW., dan Ir. Soekarno

Sukmawati kembali ‘berulah’ dengan memperbandingkan antara “simbol-simbol” Islam dengan simbol-simbol budaya bangsa yaitu azan dan kidung, konde dan cadar serta Nabi Muhammad dan Soekarno dalam konteks perjuangan kemerdekaan. Padahal sejatinya, symbol-simbol Islam tersebut sudah melebur dalam bingkai budaya bangsa.

Baca Juga: Kasus Bunuh Diri Wanita di Jepang Mengejutkan, Terjadi Peningkatan Tahun ke Tahun Sejak 2009

Tidak lazim—bahkan cara berpikir yang salah dalam membangun silogisme—misalnya dengan mengajukan pertanyaan, “Di abad 20, yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia itu Nabi yang mulia Muhammad atau Ir. Soekarno? Tolong jawab, silakan anak-anak muda, saya mau tahu jawabannya. Ayo jawab, ngga ada yang berani? Saya mau yang laki-laki, kan radikalis banyaknya laki-laki.

Tentang Nabi Muhammad harus saya tegaskan, tidak ada yang baru tidak hanya penulis muslim tetapi para islamolog, orientalis juga mengakui akan keberhasilan kepemimpinan nabi Muhammad. Sebut saja Thomas Carlyle, Toynbee, Michael Hart—yang menyusun buku 100 Tokoh yang paling berpengaruh di dunia dan menempatkan Muhammad SAW., sebagai tokoh nomor satu yang paling berpengaruh—dan Will Durant adalah sebagian kecil di antara “orang-orang kafir”  yang berusaha berkisah tentang manusia besar ini, Muhammad SAW.

Will Durant misalnya menulis, “Jika kita mengukur kebesaran dengan pengaruh, maka ia adalah satu di antara tokoh-tokoh besar dalam sejarah. Ia telah berusaha meningkatkan tingkat ruhani dan moral suatu bangsa yang dicengkeram kebiadaban karena panas dan ketandusan Sahara. Ia telah berhasil dibanding setiap pembaharu manapun. Begitu jarang orang bisa mewujudkan mimpi-mimpinya sepenuh dia …”.

Baca Juga: Spoiler Ikatan Cinta 3 November 2021: Al Sadar Rumahnya Dimasuki Peneror, Kedok Irvan Terbongkar?

Will Durant adalah penulis yang produktif, tetapi apakah tulisannya tentang Muhammad sudah lengkap? Iqbql adalah filosof sekaligus juga penyair, tetapi apakah Muhammad—yang dalam al-Quran disebut “Wa innaka la’alaa huluqin ‘adziim”—telah dicerminkan secara sempurna dalam puisi-puisinya? Al-barzanji, menghabiskan usianya untuk mengubah syair tentang Muhammad, tetapi apakah ia berhasil menggambarkan semua kebesaran Muhammad SAW.? Tentu jawabannya, tidak. Manusia besar ini mempunyai pribadi yang menembus berbagai aspek kehidupan, yang Allah dan para Malaikat menyampaikan shalawat kepadanya, “Inna Allah wa malaikatahu yushalluna ‘ala al-nabi”.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat