kievskiy.org

Majalengka Raharja dalam Genggam DR. H. Karna Sobakhi, M. M. Pd

Pengunjung wisata Batu Karang di Blok Pancurendang, Kelurahan  Babakanjawa, Majalengka, Jawa Barat,  berfoto beberapa waktu lalu.
Pengunjung wisata Batu Karang di Blok Pancurendang, Kelurahan Babakanjawa, Majalengka, Jawa Barat, berfoto beberapa waktu lalu. /Kabar Cirebon/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Dengan meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Rhenald Kasali, kita sedang memasuki era disrupsi. Disrupsi adalah inovasi, inovasi yang akan menggantikan seluruh system lama dengan cara-cara baru.

Itu kenapa Clayton Christensen mengatakan disrupsi akan menggantikan ‘pasar lama’, industri, dan teknologi, dan menghasilkan suatu kebaruan yang lebih efisien dan menyeluruh. Ia bersifat destruktif dan sekaligus kreatif.

Alvin Toffler dulu menyebutnya dengan era gelombang peradaban ketiga seperti yang disebutkannya dalam The Third Wave. Di peradaban ini, perkembangan sains dan teknologi semakin cepat jika dibandingkan dengan perubahan kultural manusianya. Pada abad XXI ini merupakan abad sainstifik-tecnological dan era globalisasi. Globalisasi yang oleh Anthony Giddens disebutnya dengan run away world.

Dalam konteks demikian, adalah hal yang tepat Ayumardi Azra mengklaim bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai indicator dari globalisasi itu tidak bebas nilai, ia harus dikawal dengan iman dak taqwa. Nilai ini pula yang disebut Achmad Sanusi yang akan menjadi driving force yang mendorong manusia untuk bertindak. Nilai kebajikan misalnya—yang bersumber dari nilai teologis, akan menjadi rujukan dalam bertindak dan bahkan akan memberi warna dalam tujuan tindakannya.

Baca Juga: Omicron, Babak Baru Mimpi Buruk Covid-19

Hal ini yang kemudian menjadi sangat berpengaruh pada diri Karna Sobakhi, bupati Majalengka dalam menentukan kebijakan-kebijakannya baik dalam perspektif filosofi dan teori maupun pada tataran implementatif membangun Majalengka yang berselancar dengan teknologi dan berbasis digital dalam bingkai “Mewujudkan Majalengka Raharja (Religius, Adil, Harmonis, Sejahtera)”, melalui pendekatan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development). Yang juga oleh Yoyon Suryono menyebutnya sebuah pilihan kebijakan yang cerdas, penuangan yang tepat dalam berbagai strategi dan program yang akan dilaksanakan secara holistic melalu proses kontemplasi dan perenungan yang mendalam.

Selayang Pandang Majalengka; Pendekatan Sejarah

Kabupaten Majalengka adalah sebuah kabupaten di Tatar Pasundan provinsi Jawa Barat, Indonesia. Pada zaman kerajaan Hindu-Buddha sampai dengan abad ke-15, di wilayah Kabupaten Majalengka terbagi menjadi 3 kerajaan; Pertama, Kerajaan Talaga Manggung dipimpin oleh Sunan Corenda atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Parung; Kedua, Kerajaan Rajagaluh dipimpin oleh Prabu Cakraningrat; Ketiga, Kerajaan Sindangkasih, dipimpin oleh seorang puteri bernama Nyi Rambut Kasih.

Terdapat banyak cerita rakyat tentang ke-3 kerajaan tersebut yang sampai dengan saat ini masih hidup di kalangan masyarakat Majalengka. Selain cerita rakyat yang masih diyakini juga terdapat situs, makam-makam dan benda-benda purbakala, yang kesemuanya itu selain menjadi kekayaan daerah juga dapat digunakan sebagai sumber sejarah terbentuknya Majalengka.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat