kievskiy.org

Mengunci Diri dalam PSBB

 SEJUMLAH elemen masyarakat melakukan Kampanye Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Penanganan Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Alun-alun Ujung Berung, Kota Bandung, Senin (20/4/2020).  Kegiatan tersebut sebagai upaya memberikan panduan kepada masyarakat mengenai penerapan PSSB di Kota Bandung yang akan diberlakukan pada Rabu 22 April 2020.
SEJUMLAH elemen masyarakat melakukan Kampanye Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Penanganan Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Alun-alun Ujung Berung, Kota Bandung, Senin (20/4/2020). Kegiatan tersebut sebagai upaya memberikan panduan kepada masyarakat mengenai penerapan PSSB di Kota Bandung yang akan diberlakukan pada Rabu 22 April 2020. /ARMIN ABDUL JABBAR/PR

 

MULAI 22 April wilayah Bandung Raya akan menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Kota Cimahi masuk ke dalam skema rencana tersebut. Uniknya, sejak beberapa hari sebelum rencana pemberlakuan PSBB digulirkan, telah banyak warga menutup gang. Ada yang melintangkan kayu atau bambu, ada juga yang menutup mulut gang dengan spanduk bertuliskan “lockdown”.

Entah apa yang menggerakkan warga menutup gang. Apakah meniru daerah lain yang sudah melakukan hal serupa dan diliput media, atau memang muncul dari kesadaran pentingnya memutus rantai penyebaran virus dengan mencegah mobilitas orang, utamanya mencegah warga luar masuk.

Meski tidak berlangsung di semua tempat, kemunculan kasus menutup gang atau pemukiman dengan spanduk lockdown menarik dikaji karena pemerintah jelas-jelas tidak menempuh cara tersebut. Alih-alih menerapkan lockdown, pemerintah lebih memilih PSBB. Mengapa sebagian masyarakat lebih tegas memilih lockdown ?

Baca Juga: Minta Tolong via Video Usai 13 Tahun Hilang Kontak, Pekerja Migran Asal Subang Dipulangkan

Tentu saja menutup gang resikonya tidak sebesar “mengunci orang untuk tidak ke luar kota atau wilayah”. Namun bukan di sini substansinya, karena setiap pilihan pasti memiliki plus-minusnya sendiri, baik dari sisi risiko maupun kemanjurannya.

Berulang kali ditegaskan otoritas resmi bahwa kunci memutus rantai penyebaran virus korona adalah tetap di rumah, menjaga jarak sosial, hindari kerumunan, sering cuci tangan, dan jika terpaksa keluar rumah gunakan masker. Hal-hal tadi menjadi kunci pencegahan penyebaran karena virus korona menular melalui droplet (percikan yang keluar dari mulut saat berbicara atau batuk). 

Jika seperti itu aturannya, maka tidak ada pencegahan lain yang harus diambil kecuali menghindari kontak dengan mereka yang terkonfirmasi positif terpapar virus. Masalahnya, banyak orang yang terpapar namun tidak menunjukkan gejala sakit. Tetap beraktivitas dan tidak merasakan keluhan apa pun.  

Baca Juga: Hari Kartini 2020, Retno Marsudi Bangga Perempuan Mayoritas Garda Terdepan Covid-19

Karena sebagian orang yang terpapar virus tidak menunjukkan tanda-tanda sakit maka wajar jika ada warga yang menutup akses masuk ke gangnya dengan alasan melindungi diri dari penyebaran virus. Langkah ini diyakini akan jauh lebih manjur dibanding sekedar “mengatur” jumlah dan cara pergerakan orang melalui pembatasan sosial.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat