kievskiy.org

Warga Dunia Dulu Kelaparan, Kini Makan Berlebihan

Ilustrasi mengonsumsi makanan berlebihan.
Ilustrasi mengonsumsi makanan berlebihan. /Freepik/wayhomestudio

PIKIRAN RAKYAT - Dalam hal penyediaan makanan, masyarakat dunia pernah menghadapi dua masalah besar. Pertama, menjelang abad ke-20, masyarakat dunia disibukkan dengan masalah kelaparan. Solusinya, pada waktu itu hampir semua negara di dunia melakukan inovasi dan intensifikasi pertanian agar mampu menghasilkan pangan yang cukup. Kedua, pada awal abad ke-20 ketika kebutuhan pangan masyarakat sudah terpenuhi, persoalan yang muncul bukan lagi kelaparan, tapi penyakit akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan, salah satunya obesitas.

Seperti dikatakan Yuval Noah Harari (2015:6) dalam karyanya Homo Deus A Brief History of  Tomorrow mengatakan, pada saat ini lebih banyak orang yang meninggal akibat kelebihan mengonsumsi makanan daripada akibat kekeringan, wabah penyakit, atau serangan teroris. Pada tahun 2030 diprediksi setengah dari populasi manusia di dunia akan mengalami obesitas.

Selain beragam penyakit akibat berlebihan mengonsumsi makanan, masyarakat dunia pada saat ini tengah sibuk menghadapi masalah semakin meningkatnya jumlah sampah makanan (food waste). Penyebabnya banyaknya orang yang tidak menghabiskan makanan; mengonsumsi makanan tidak sesuai dengan kebutuhan; dan membeli atau memasak makanan yang tidak disukai, demi gengsi belaka.

Baca Juga: Indonesia Hasilkan 21 Juta Ton Sampah Makanan Saban Tahun, Banyak Berasal dari Dapur Rumah

Kemudahan orang mendapatkan makanan, diiringi gaya hidup mendorong seseorang menjadikan makanan selain sebagai kebutuhan primer, juga sebagai ajang pamer. Banyak orang yang membeli makanan bukan untuk memenuhi kebutuhan, tapi untuk memenuhi keinginan pamer agar viral media sosial misalnya. Setelah itu, makanan dibiarkan teronggok di atas meja saji, dan akhirnya terbuang sia-sia.  

Berdasarkan Food Waste Index 2021, United Nations Environment Program (UNEP), Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, di wilayah Asia Tenggara, negara kita menempati urutan pertama penyumbang sampah makanan terbesar dengan produksi mencapai 20,93 juta ton lebih per tahun. Sementara di kelompok negara G-20, negara kita menempati urutan ke-8 sebagai negara penyumbang sampah makanan terbesar.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) menyebutkan, sejak tahun 2000-2019 sampah makanan yang terbuang di Indonesia mencapai 23-48 juta ton/tahun. Jumlah tersebut kira-kira setara dengan 115-184 kilogram per kapita setiap tahunnya. Negara kita setidaknya mengalami kerugian mencapai Rp213-Rp551 triliun per tahun. Satu orang penduduk Indonesia, rata-rata membuang 100 kilogram sampah makanan setiap tahun (HU PR, 21 Desember 2022).

Baca Juga: Indonesia Negara Kedua di Dunia Hasilkan Sampah Makanan Terbesar, MUI Telah Buat Fatwa

Kita harus bersikap arif terhadap makanan. Kolot-kolot baheula di tatar Sunda memiliki kearifan lokal terhadap makanan. Mereka selalu mengingatkan setiap orang untuk mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan, bukan sesuai keinginan, tidak berlebihan dalam mengonsumsinya, dan berupaya tidak membuang-buang makanan. Pamali kamerkaan (makan berlebihan) apalagi membuang-buang makanan. Apa yang dilakukan kolot-kolot baheula tersebut bisa disebut sebagai upaya pendidikan literasi makanan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat