kievskiy.org

Dampak El Nino, Suhu Panas Tertinggi di Jabar Capai 38,4 Derajat Celsius

Warga berjalan di tengah cuaca terik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (24/4/2023). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam beberapa hari terakhir.
Warga berjalan di tengah cuaca terik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (24/4/2023). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam beberapa hari terakhir. /Antara/Fauzan

PIKIRAN RAKYAT - Cuaca panas terik yang sedang melanda sejumlah daerah di Indonesia. Begitu pula yang dirasakan di Jawa barat. Bahkan dalam beberapa hari lalu, sejumlah kota di Jabar mencapai suhu tertinggi. Kota yang menempati peringkat teratas suhu udara adalah Majalengka (Stasiun Meteorologi Kertajati, Majalengka, Jabar) dengan suhu 36,7 derajat Celsius, dan Gorontalo (Stasiun Meteorologi Djalaludin) 35,9 derajat Celsius.

Pekan lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis suhu udara tertinggi di Majalengka yang mencapai 38,4 derajat Celcius. Suhu udara itu berada di urutan kedua terpanas di Indonesia setelah Jawa Tengah. Saking panasnya suhu udara di Majalengka, ada warga yang menjemur pakaian pada malam hari, dini harinya sudah kering.

Puncak kemarau terik di Indonesia yang menyebabkan suhu panas ekstrem diprediksi mencapai puncak pada Oktober 2023. Pada pertengahan Oktober 2023 tersebut, suhu udara maksimum diprakirakan mencapai 43 derajat Celsius di Kota Surabaya, 40 derajat Celsius di Kota Semarang, dan 37 derajat Celsius di Jakarta.

Baca Juga: Ada 7.400 Mg Sianida di Sampel Gelas Kopi Mirna, Dokter Forensik: Kalau Segitu, Satu Cafe Olivier Bisa Pingsan

BMKG menjelaskan suhu udara yang menyengat dipengaruhi oleh fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang diprakirakan mencapai puncak pada Oktober 2023. Sebenarnya saat kondisi normal, musim kemarau terjadi pada Juni sampai Agustus. Namun akibat pengaruh El Nino dan IOD bergeser ke Oktober.

Dua fenomena osilasi suhu air permukaan laut yakni El Nino di Samudra Pasifik dan IOD di sebelah barat Samudra Hindia menyebabkan negara yang terletak di garis khatulistiwa seperti Indonesia merasakan dampak panas cukup masif.

Semua uap air dan awan hujan ditarik ke arah utara dan barat karena pusat tekanan rendah berada di Samudera Pasifik dan sebelah barat Samudra Hindia tempat terjadinya El Nino dan IOD. Kondisi itu membuat Indonesia yang terletak di antara kedua fenomena tersebut mengalami musim kering yang cenderung panjang.

Dampak dari cuaca panas sudah kita rasakan beberapa waktu lalu, seperti kekeringan, kurangnya pasokan air, kebakaran hutan, dan munculnya sejumlah penyakit.

Meningkatnya suhu panas akhir-akhir ini semakin menyadarkan kita bahwa perubahan iklim yang drastis menyebabkan dampak di berbagai sektor kehidupan. Dampak serius yang terjadi adalah faktor keterlambatan tanam dan kegagalan panen di lahan-lahan petani yang membutuhkan curah hujan cukup.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat