kievskiy.org

Solusi Kepemimpinan untuk Hadapi Era Perubahan

Ilustrasi Pemilu 2024.
Ilustrasi Pemilu 2024. /Antara/Arif Firmansyah

PIKIRAN RAKYAT - Pro dan kontra gonjang-ganjing dalam kepemimpinan bangsa ini telah menghadirkan dinamika proses demokrasi yang menyita banyak hal. Terlepas dari setuju atau tidak setuju, ada atau tidak adanya campur tangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan hadirnya sosok Kaesang Pangarep sebagai Ketum PSI dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres Prabowo Subianto, dinamika politik terkini telah menghadirkan era young leadership.

Ada banyak diskursus tentang konsep pemimpin atau kepemimpinan. Karakter seorang pemimpin harus dibentuk melalui proses yang lama, ditunjang oleh praktik langsung memimpin, dan penerapan ilmu karakter yang membentuk gaya kepemimpinan.

Alhasil praktik kepemimpinan berubah sesuai perkembangan zaman. Model kepemimpinan lama sudah tidak cocok lagi. Oleh karena itu, harus dikoreksi atau dikembangkan. Bukankah estafet kepemimpinan menjadi hukum alam, pemimpin silih berganti, generasi muda akan mengganti generasi tua.

Hadirnya para pemimpin masa depan harus bisa menjawab isu dan tantangan zaman “Sang Pemimpin’ dengan kepemimpinan, inovasi, pencapaian, pengaruh, dan integritasnya. Sosok pemimpin hari ini yang dirindukan adalah pemimpin dengan kriteria mampu mendengar, melihat, merasakan dan turun ke masyarakat, sehingga mampu mengambil keputusan dan melihat masalah dengan sebaik-baiknya secara cepat dan tepat.

Baca Juga: Epistem Politik dan Hukum, Serta Perlunya Revolusi Ilmiah

Pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan lincah dan tangkas serta mampu bertahan dalam tekanan mental apa pun (super agile). Ini akan menjadi modal utama beradaptasi dengan perubahan dan meninggalkan gaya atau pemikiran konvensional.

Menurut riset Korn Ferry, seseorang yang disebut super agile adalah yang memiliki kelima ciri sebagai berikut: Pertama, people agility, memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain. Kedua, change agility, memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan seekstrem apa pun.

Ketiga, result agility, Memiliki kemampuan menghasilkan sesuatu dalam kondisi yang tak memungkinkan. Pada dasarnya manusia dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Keempat, mental agility, Memiliki kemampuan untuk bertahan dalam tekanan mental apa pun. Terakhir, learning agility, memiliki kemampuan untuk memahami dan mempelajari hal baru dengan cepat.

Oleh karena itu, sosok sang pemimpin harus membuktikan kepemimpinannya dalam visi, kompetensi dan karakternya, bukan hanya mengandalkan retorika, aspek elektabilitas, ataupun hubungan kekeluargaan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat