kievskiy.org

Rakyat Lapar, Sungguh Sedih Melihat Mereka Terengah-engah Memenuhi Kebutuhan Pokok

Satuan Polisi Pamong Praja mengarahkan pembeli beras untuk antri mendapatkan beras murah seharga Rp52.000 kemasan 5 kg pada gerakan pangan murah yang digelar Pemda Majalengka.
Satuan Polisi Pamong Praja mengarahkan pembeli beras untuk antri mendapatkan beras murah seharga Rp52.000 kemasan 5 kg pada gerakan pangan murah yang digelar Pemda Majalengka. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Hampir setiap saat, berbagai keluhan terutama dari kalangan ibu-ibu terlontar terkait makin mahalnya harga-harga kebutuhan pokok di pasaran. Belum usai dengan tingginya harga beras, kini nyaris semua bahan kebutuhan pokok terus merangkak naik. Telur ayam, daging ayam, cabai, bawang, gula, dan bahan pokok lainnya. Apalagi menjelang bulan Ramadhan nanti harga bahan pokok dipastikan kembali meroket.

Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional pada Selasa, 5 Maret 2024, harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Harga beras medium secara rata-rata nasional berada di kisaran Rp15.950 per kg, sementara beras premium di harga Rp17.350 per kg. Padahal HET beras medium adalah di kisaran Rp10.900 per kg, dan HET beras premium Rp14.800 per kg.

Di sisi lain berbagai upaya yang dilakukan pemerintah sepertinya tak berpengaruh besar terhadap penurunan harga bahan pokok, salah satunya harga beras di pasaran. Padahal sejak beberapa waktu terakhir, pemerintah mulai dari pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah gencar menyalurkan bantuan beras serta menggelar pasar murah di sejumlah wilayah di Indonesia. Nyaris di setiap kecamatan, pasar murah digelar agar bahan pokok bisa terdistribusi secara luas dan merata di semua daerah.

Melalui berbagai upaya tersebut, pemerintah sempat mengklaim harga beras telah turun meski belum turun hingga ke harga normal. Namun penurunan yang terjadi tak signifikan dan tak merata di semua daerah. Klaim stok aman dan harga terkendali nyatanya tak dirasakan betul oleh masyarakat kebanyakan.

Rakyat bertahan dengan caranya sendiri

Kenaikan harga setiap menjelang hari besar seperti Ramadhan memang menjadi hal yang biasa. Mengingat, permintaan yang tinggi setiap jelang Ramadhan hingga membuat harga naik. Selain juga berbagai sebab lain seperti rantai distribusi yang panjang, faktor iklim dan cuaca, serta adanya kartel sembako.

Akan tetapi, kali ini harga tinggi telah terjadi jauh sebelum Ramadhan dan dipastikan terus melejit saat Ramadhan hingga Lebaran. Naiknya harga bahan pokok bahkan tak ada tanda-tanda turun hingga saat ini. 

Kalaupun ada penurunan, tidak setinggi saat harga mengalami kenaikan alias tidak signifikan. Berbagai pihak menyebut kenaikan harga kali ini tak terkendali bahkan untuk harga beras disebut-sebut sebagai kenaikan harga tertinggi sepanjang sejarah.

Masyarakat pun makin menjerit. Tak bisa berbuat apa-apa selain masing-masing bertahan dengan caranya sendiri. Karena jika mengandalkan bantuan, tak semua warga berhak menerima bantuan. 

Sementara untuk bisa mendapat sembako murah di gelaran pasar murah, warga harus rela antre berlama-lama dan berdesak-desakan demi bisa membeli bahan pokok murah yang jumlah pembeliannya pun dibatasi.

Mengurangi konsumsi dan mencari cara lain untuk berhemat menjadi pilihan lain yang dilakukan sebagian masyarakat. Jika biasanya mengkonsumsi beras premium, kini memilih beras kualitas medium meski harganya pun tidak murah. Atau mensiasati kebutuhan protein dari telur ayam dengan membeli telur pecah yang harganya jauh lebih murah dibandingkan harus membeli telur kualitas bagus dengan harga tinggi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat