kievskiy.org

Mengukur Kualitas Puasa dengan Takwa Kauniyah dan Takwa Syar’iyah

Ilustrasi puasa Ramadhan 2024.
Ilustrasi puasa Ramadhan 2024. /Pexels/Alena Darmel

PIKIRAN RAKYAT - Marhaban ya Ramadhan 1445 H.

Semua ibadah menetapkan tujuan yang jelas. Sayangnya, aspek tujuan ini kerap terabaikan oleh masyarakat Indonesia. Konsentrasi ibadah lebih banyak terfokus ke proses dan hiruk-pikuk yang menyertainya.

Padahal, tujuan inilah yang menjadi parameter apakah ibadah seseorang efektif (berdampak pada kehidupan) atau sebatas aktivitas yang buta tujuan. Artinya, agama pun pada dasarnya telah menerapkan pentingnya manajemen kinerja (management by objective).

Tujuan puasa jelas bukan untuk memburu dan mendulang pahala. Pahala dan pengampunan adalah balasan dari Allah SWT. Balasan ini pasti sifatnya selama persyaratan dipenuhi. Kita tidak meminta pun balasan itu akan diberikan.

Tujuan puasa sudah sangat jelas dan pasti (clear-cut) ditegas Al-Qur’an agar kita bertakwa (QS. Al-Baqarah: 183). Takwa dalam pengertian dasar adalah kemampuan seseorang dalam menyuruh dan melarang dirinya untuk menaati ajaran Allah.

Takwa juga berarti kemampuan seseorang untuk menjaga diri agar hubungan kita menjadi balance dengan makhluk lain (manusia, alam, dan hukum yang mengaturnya). Takwa akan membuat hidup manusia selamat, seimbang, meraih kemuliaan, kemajuan, dan keistimewaan. Ibarat orang naik sepeda, ketika ia gagal menjaga keseimbangan karena ngawur, langkahnya pasti akan jatuh.

Takwa Kauniyah dan Takwa Syar’iyah

Dalam Al-Qur’an, ada perintah takwa yang diarahkan untuk semua manusia (QS. An-Nisa: 1). Saya menyebutnya dengan istilah takwa kauniyah. Perintah ini berlaku untuk semua manusia dalam seluruh hidupnya. Allah SWT memberlakukan perintah ini secara adil, tanpa pandang bulu. Untuk menaati perintah ini, manusia harus mempelajari sains dan pengalaman diri sendiri, orang lain, dan sejarah serta hukum alam.

Apa pun agama dan kualitas seseorang, ia akan celaka apabila angin ban di kendaraannya melebihi ukuran yang telah distandarkan oleh sains dan pengalaman. Sekalipun seseorang shalatnya rajin, ia akan gagal bahagia apabila manajemen emosinya buruk, sebab ia tidak bertakwa pada tatanan jasmani dan rohani yang ditetapkan Allah di diri manusia.

Atas nama keadilan Allah SWT, iblis yang jelas-jelas bersumpah akan berbuat jahat pun tetap diberi kesuksesan yang melimpah dalam menggoda manusia selama berusaha keras, kreatif, dan bervisi besar. Sebaliknya, orang baik pun akan gagal usahanya apabila menentang keadilan Allah itu sebab tidak bertakwa secara kauniyah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat