kievskiy.org

Puasa, Slilit Sang Kyai dan Kasus Korupsi di Indonesia

Ilustrasi puasa pada bulan Ramadhan 2023.
Ilustrasi puasa pada bulan Ramadhan 2023. /Pexels/Alena Darmel

PIKIRAN RAKYAT - Puasa kita tahun ini diperhadapkan dengan berita yang menghebohkan publik. Bagaimana Kasus Rafael Alun Trisambodo, pejabat perpajakan di Kementerian Keuangan RI begitu viral. Buntut panjang kasus ini akhirnya menyeret banyak pegawai pajak lain hingga menjalani pemeriksaan. 

Ini sebagai upaya 'bersih-bersih’ yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI. Rafael Alun Trisambodo misalnya, ditemukan KPK kasusnya dengan upaya menyembunyikan harta kekayaan dan cara memperolehnya, transaksi janggal dan ditemukannya 40 rekening yang spektakuler. 

Kasus ini menambah daftar Panjang nama-nama yang cukup dikenal publik yang terseret kasus korupsi dana pajak. Misalnya Gayus Tambunan (2009) yang melakukan manipulasi laporan keuangan perusahan dengan praktek makelarnya. Bahasyim Assifie (2011) korupsi penerimaan suap dari wajib pajak Kartini Mulyadi senilai Rp1 miliar, Dhana Widyatmika (2012) kasus penerimaan gratifikasi Rp2,5 miliar atas pengurusan utang pajak PT. Mutiara Virgo, atau Handang Soekarno (2016) kasus menerima suap mencapai Rp1,9 miliar dari direktur PT. EKP., juga Abdul Rachman (2022) yang menerima imbalan Rp1 miliar untuk menyetujui restitusi pajak dan kasus-kasus yang tidak kalah heboh lainnya di Kementerian keuangan khususnya perpajakan.

Bandingkan kasus ini dengan sebuah tulisan—walau sudah lama—karya Emha ‘Ainun Nadjib, ‘Slilit Sang Kyai’. Betapa sang kyai begitu masygul dan merasa ‘tersiksa’ karena mengambil slilit dari pagar seseorang tanpa izin, kemudian mendadak meninggal dan menjadi penghalang untuk masuk surga bagi dirinya.

Baca Juga: Pergantian Wakil Bupati Indramayu: Apa Urgensinya Jika Tidak Difungsikan?

Momen puasa ini untuk semakin menyadarkan kita bahwa puasa yang kita lakukan bukan hanya puasa badani, tetapi dengan mengutip Bahasa al-Quran the ultimate goal puasa adalah menjadi orang yang bertaqwa, orang yang bertaqwa adalah orang yang taat azaz.

Puasa; Taat Azaz

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

Mengapa Allah menuntun manusia dengan firmanNya seperti di atas? Tidak lain karena sasaran manusia hidup di dunia ini bukan hanya makan an sich, tetapi ada tujuan yang lebih luhur yaitu menjadi khalifah Allah di muka bumi ini (QS, 2: 30). Hewan tidak perlu dituntun dengan firman, karena hewan telah diatur melalui pola insting. Herbivora tidak akan pernah menjadi carnivora, demikian sebaliknya. Tetapi manusia, jenis daging, rerumputan juga dilahapnya, jika ‘wal-wal keduawal embuh kodok embuh kadal sing penting diuntal’ maka derajat manusia lebih rendah daripada hewan—dan itu tidak layak dilakukan oleh seorang khalifah.

Baca Juga: Prioritas Produk Lokal Bukan Impor Guna Implementasi Bangga Buatan Indonesia

Dengan demikian, jika manusia ingin benar-benar mengimplementasikan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, maka hendaklah dia mencari makan yang halal dan baik serta tidak mengikuti langkah-langkah setan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat