kievskiy.org

Rusia Membutuhkan Reformasi

 Ilustrasi invasi Rusia ke Ukraina.
Ilustrasi invasi Rusia ke Ukraina. /Pixabay/Geralt

PIKIRAN RAKYAT - Awal Juni 2023, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memberikan proposal perdamaian Ukraina-Rusia dalam Forum Keamanan IISS Shangri-La Dialogue. Proposal tersebut mengusulkan gencatan senjata, penarikan pasukan, dan referendum.

Alih-alih diterima, proposal yang disampaikan dalam forum elite para menteri pertahanan dunia dan lembaga pemikir pertahanan tersebut langsung ditolak mentah-mentah oleh Ukraina. Rusia pun meski menyambut proposal Prabowo itu, akan sukar untuk menerimanya. Pasalnya, sejak awal invasi Putin menegaskan tidak akan menghentikan agresinya sampai Ukraina berhasil dikuasai.

Tulisan ini tentu tidak bermaksud untuk membedah proposal Prabowo tersebut, sebab sikap yang ditunjukkan oleh kedua negara yang bertikai itu sudah menjawab bahwa perang tidak akan mungkin bisa dihentikan.

Di sini saya hanya ingin menegaskan bahwa perang hanya bisa dihentikan apabila Rusia menghendakinya. Sebab kita tahu bahwa invasi Rusia yang tanpa henti ini semakin menunjukkan visi Putinis mengenai kebesaran nasional.

Baca Juga: Aksiologi Wukuf dalam Kehidupan

Bagi Vladimir Putin, kebesaran nasional ditentukan oleh wilayah, kekuatan militer, dan kemampuan untuk menaklukkan. Vladimir Putin percaya bahwa Rusia berhak menjadi salah satu kekuatan besar dunia. Rusia, menurutnya, 'dirampok' ketika Ukraina merdeka. Keputusan untuk menginvasi Ukraina adalah puncak dari visi Putin tersebut.

Visi Vladimir Putin ini mendapat banyak tentangan. Gideon Rachman, jurnalis Inggris peraih Orwell Prize for political journalism (2016), misalnya, menyebut visi Putin yang dijalankan dengan kekerasan itu sebagai merendahkan martabat manusia.

Rachman pun langsung membandingkannya dengan Mikhail Gorbachev, pemimpin terakhir di era Uni Soviet, yang meninggal dunia pada 30 Agustus 2022.

Dalam artikelnya di Financial Times yang dimuat pada 5 September 2022 berjudul Putin, Gorbachev and two visions of Russian greatness, Rachman menyebut sosok Gorbachev sebagai reformis Soviet yang memiliki gagasan kebesaran nasional dengan mendahulukan martabat manusia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat