kievskiy.org

Lagu, Moral, dan Patriotisme

Ilustrasi lagu.
Ilustrasi lagu. /Simone_ph Pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Secara sosiologis, antropologis, bahkan politis, musik dan lagu merupakan bagian dari kehidupan yang dapat memengaruhi budaya suatu bangsa. Konfusius (500 – 496 SM), seorang filsuf China berkeyakinan, musik dan lagu dapat memengaruhi, jiwa, otak, moral, dan mental seseorang. Musik dapat melunakkan hati dan memperbaiki temperamen. Kepribadian seseorang bisa ditebak dari musik dan lagu yang ia gandrungi. Musik pun dapat dijadikan barometer politik dan psikologi rakyat suatu negara.

“Musik dan lagu yang terdengar muram dan menekan di tengah kehidupan masyarakat, bisa bermakna mereka sedang tertekan dan sedih. Alunan musik dan lagu yang terdengar tidak energik, sederhana, dan panjang, bisa bermakna masyarakat dalam kondisi sedang damai dan bahagia. Sementara jika musik yang muncul terdengar kuat dan energik, bisa bermakna mereka sedang memiliki semangat. Sedangkan jika musik yang muncul terdengar murni, bernuansa religius, bisa bermakna kesalehan dan kondisi spiritual masyarakat sedang meningkat. Jika musik yang muncul terdengar lembut, gembira, dan mendayu-dayu, bisa bermakna mereka sedang baik hati dan hidup dengan penuh kasih sayang. Jika musik yang muncul terdengar cabul, merangsang, dan hingar bingar, bisa bermakna mereka sedang tidak bermoral.” Demikian ujar Konfusius seperti dikutip Stephanie Merrit (2003 : 95) dalam bukunya Mind, Musik, and Imagery.

Lebih lanjut Konfusius mengemukakan, ”Apabila lingkungan rusak, kehidupan binatang dan tanaman akan ikut rusak. Apabila dunia sedang kacau, ritual dan musik jadi tidak bermoral. Melalui musik dan lagu, para pemimpin dapat berusaha menciptakan harmoni dalam hati manusia, yaitu dengan menemukan kembali sifat manusia dan mencoba mempromosikan musik dan lagu sebagai cara untuk menyempurnakan budaya manusia. Kalau musik seperti itu muncul dan rakyat dibimbing menuju gagasan dan aspirasi yang benar, kita akan melihat munculnya sebuah negara yang kuat.”

Baca Juga: Mengapa Lagu I Can't Get No Satisfaction Bertahan 50 Tahun?

Tak dipungkiri, hampir semua orang terpengaruh alunan musik dan lagu. Para pemain sepak bola di lapangan menjadi semangat tatkala para suporter memberikan yel-yel motivasi melalui lagu-lagu yang dinyanyikan secara bersama-sama. Para pejuang yang merebut kemerdekaan negara kita pun tak lepas dari sokongan lagu-lagu yang dapat membangkitkan patriotisme. Siapapun akan merasakan getaran semangat patriotisme manakala mendengar lagu Hari Merdeka, Halo-Halo Bandung, Maju tak Gentar, Dari Sabang Sampai Merauke, Sorak-Sorak Bergembira, dan lain sebagainya .

Kita akan dapat merasakan keindahan negeri kita manakala mendengar lagu Rayuan Pulau Kelapa. Orang yang tengah merantau di mancanegara pun akan rindu pulang tatkala mendengarkan alunan lagu Tanah Airku. Demikian pula, kita akan tergerak sadar untuk mendekatkan diri dan bersyukur kepada Allah manakala kita mendengar alunan lagu Syukur.

Berkenaan dengan musik dan lagu, sudah sekian lama di negara kita bermunculan beragam aliran musik, dari mulai yang sendu mendayu-dayu, hingar bingar, sampai munculnya lagu-lagu yang liriknya mengkritik pemerintah. Kerap pula muncul dengan bebas lagu-lagu yang bertema vulgar, perselingkuhan, dan berbau porno lengkap dengan tariannya yang seronok. Parahnya, yang menyukai, menghafal, mengalunkan, dan meniru tarian dari lagu-lagu tersebut adalah anak-anak ingusan yang belum mengerti apa-apa.

Kini sudah tidak ada lagi pembatas antara dunia anak-anak, remaja, dan dewasa. Kecanggihan teknologi komunikasi telah menjadikan anak-anak dapat mengakses bebas segala hal. Mereka begitu bebas mengalunkan lagu-lagu orang dewasa yang bertema percintaan, perselingkuhan, bahkan berbau porno lengkap dengan gerakan tariannya.

Baca Juga: Teknologi, Buat si Kaya Makin Kaya tapi Mendorong Manusia Lain Jadi Pengangguran

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat