kievskiy.org

Konflik Kepentingan TPA Sarimukti Cerminan Interaksi Rumit antara Sosial, Ekonomi, dan Politik

Petugas melakukan bongkar muat sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Jumat, 7 Februari 2020.
Petugas melakukan bongkar muat sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Jumat, 7 Februari 2020. /ANTARA/Raisan Al Farisi

 

PIKIRAN RAKYAT - Tak bisa dipungkiri, isu seputar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti menjadi cikal bakal perdebatan tak berkesudahan. Konflik yang membelenggu para pemangku kepentingan adalah nyata, mencerminkan perangai rumit dan perdebatan panjang yang melibatkan pihak-pihak yang punya kepentingan dan perspektif beragam dalam pengelolaan lingkungan dan timbulan sampah. Dalam keterbukaan publik yang sangat besar saat ini, keikutsertaan para pemangku kepentingan dari berbagai lapisan masyarakat akan menciptakan suasana yang rumit serta membingungkan; mencerminkan telah terjadi interaksi yang rumit antara komponen sosial, ekonomi, dan politik.

TPA Sarimukti, sebagai tempat pengolahan akhir sampah, menjadi titik penting dalam manajemen limbah suatu wilayah, dalam konteks wilayah Bandung Raya. Namun, perbincangan dan perdebatan yang seolah tak ada ujungnya mengenai rencana TPA ini mengundang kita untuk menyaksikan adanya konflik mendalam di kalangan pemegang kebijakan. Semakin jelaslah bahwa ini bukan hanya persoalan pengelolaan sampah, tetapi juga melibatkan elemen-elemen mendasar dalam kerangka masyarakat dan politik yang telah kita bina selama ini pascareformasi.

Kenyataan tak terbantahkan adalah dalam perbincangan dan perdebatan saat ini, terdapat perselisihan pandangan yang cukup besar di antara berbagai pihak. Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, yang menjadi pelaku utama dalam pembuatan kebijakan pengelolaan limbah, mendapati tekanan dari masyarakat yang semakin mengerti akan dampak lingkungan serta kesehatan.

Baca Juga: Cerita Guru di Perbatasan Indonesia-Timor Leste, Sekolah Cuma Punya 2 Toilet untuk 500 Siswa

Di sisi lain diyakini bahwa penanganan sampah tak boleh melupakan komponen ekonomi dan kelangsungan proses produksi. Di sini, ketidakselarasan antara perlindungan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi muncul, mengundang perbedaan pandangan yang tak mudah diatasi.

Di tengah suasana ini, peran serta masyarakat sipil serta pegiat lingkungan menjadi sangat penting. Upaya mereka membawa isu ini ke permukaan dan mencari solusi yang lebih lestari sangat dihargai. Namun, kadang-kadang, paradoksnya, kehadiran mereka justru memperparah gesekan yang ada. Bentrokan antara pemerintah dan aktivis, yang terkadang disulut oleh perbedaan pendekatan serta pandangan, memperumit jalan mencari jalan keluar.

Namun, tak boleh diabaikan pula bahwa konflik ini tak hanya sebatas perbedaan dalam pandangan ideologis. Ada unsur-unsur politik yang berperan di balik layar. Kelompok-kelompok tertentu, baik dalam dunia politik maupun ekonomi, bisa jadi akan memanfaatkan situasi ini untuk memperkeruh suasana dan mengarahkan cerita konflik sesuai kepentingan mereka. Oleh karenanya, pemegang kebijakan harus cermat dalam mengendalikan dinamika politik yang berpengaruh terhadap proses penyelesaian dan persoalan kedaruratan yang saat ini tengah menjadi sorotan.

Baca Juga: Ketika KUHP Baru Berlaku, Ferdy Sambo Bisa Dapat Diskon Hukuman Lagi?

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat