kievskiy.org

Warisan Peristiwa 11 September 2001

Tragedi 11 September 2001.
Tragedi 11 September 2001. /Reuters/Sara K. Schwittek

PIKIRAN RAKYAT - Pada 11 September 2001 silam, dunia digemparkan oleh aksi terorisme di Amerika Serikat (AS). Para anggota Al Qaeda diketahui membajak empat pesawat komersial di bandara Boston, Newark, dan Washington, DC yang kemudian menabrakkan dua pesawat ke gedung World Trade Center (WTC) di New York dan satu pesawat ke Pentagon. Lebih dari 3000 orang dikabarkan tewas dalam serangan bom bunuh diri hari itu.

Peristiwa tersebut langsung mengubah haluan kebijakan luar negeri AS secara drastis. Presiden AS saat itu George W. Bush menyatakan perang terhadap terorisme dan meminta Taliban meninggalkan Osama bin Laden. Penolakan Taliban dan pemimpinnya Omar “si Mata Satu” untuk melakukan itu, mendorong AS menginvasi Afghanistan pada Oktober 2001 dan Taliban pun berhasil digulingkan. 

Di dalam negeri, kampanye anti-teror AS mengarah pada langkah-langkah keamanan baru yang ketat dengan disahkannya UU Patriot yang kontroversial dan anti-demokrasi pada Oktober 2001. UU ini telah membatasi privasi dan berbagai hak individu lainnya. 

Implikasi dari kebijakan perang melawan terorisme ini adalah penangkapan terhadap 1000 imigran yang sebagian besar Muslim oleh Departemen Kehakiman. Sementara 6000 “pejuang musuh” yang ditangkap di Afghanistan dan tempat lain ditahan di pangkalan AL AS di Teluk Guantanamo, Kuba, tanpa hak-hak yang diberikan kepada mereka. 

Baca Juga: Bandung Akan Dikelilingi Gunungan Sampah dan Bau Busuk, Masyarakat Harus Dipaksa Peduli

Kebijakan ini sempat mendapat protes keras dari Komite Palang Merah Internasional, tetapi pemerintah AS berdalih bahwa pelanggaran sebagian hak individu itu perlu dilakukan mengingat seriusnya ancaman terorisme.

Anehnya, meski upaya pembalasan atas Al Qaeda sudah berhasil dilakukan dan bin Laden tewas di tangan pasukan khusus AS pada 2 Mei 2011, kebijakan ofensif AS terhadap Muslim terus dilakukan hingga kini. Dua puluh dua tahun setelah peristiwa 9/11, Islamofobia di AS tetap menunjukkan grafik yang cukup tinggi.

Islamofobia di AS

Sesungguhnya peristiwa serangan 9/11 mewariskan apa yang disebut sebagai Islamofobia tersebut. Deepa Kumar, di dalam karya akademiknya yang banyak diperbincangkan, Islamophobia and the Politics of Empire: 20 years after 9/11 (2021), menunjukkan dengan sangat baik maraknya Islamofobia di AS pasca terjadinya peristiwa 9/11.

Baca Juga: Pendidikan Tinggi Unggul dan Berdampak 

Di dalam buku itu, Kumar menelusuri sejarah Islamofobia dari abad ke-16 hingga “Perang Melawan Teror.” Dua puluh tahun sejak peristiwa 9/11, tulisnya, Islamofobia dijadikan dasar bagi kebijakan koersif AS terhadap umat Islam.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat