kievskiy.org

Beban Fiskal di Tengah Perang Geopolitik

Ilustrasi ekonomi Indonesia.
Ilustrasi ekonomi Indonesia. /Pixabay/Gerd Altmann

PIKIRAN RAKYAT - Ketidakpastian geopolitik global yang masih tinggi dan ancaman kenaikan suku bunga The Fed yang belum juga mereda menjadi dua persoalan utama yang memosisikan rupiah terhadap dolar di posisi yang sulit. Di sisi lainnya, ketidakpastian geopolitik juga mempersempit pilihan-pilihan kebijakan ekonomi di ranah domestik.

Ketegangan geopolitik global akibat dua perang, Rusia-Ukraina (Eropa Timur) dan Israel-Hamas (Timur Tengah), bersamaan dengan semakin sulitnya mencari titik temu geopolitik dan geoekonomi antara Amerika dan Cina di Asia Pasifik, terus menerus mengirim sinyal negatif kepada harga komoditas minyak dunia

Dengan kata lain, ancaman kenaikan harga komoditas global sudah di depan mata. Jika langkah-langkah geopolitik para pemain utama di kancah dunia tak membuahkan kepastian ke arah yang lebih baik, maka "rezim harga minyak tinggi" akan datang secara perlahan, lalu menggerus ekspektasi ekonomi domestik yang sedang diperjuangkan dalam beberapa waktu terakhir di sini.

Hal tersebut berpadu-padan dengan semangat "hawkish" dari Bank Sentral Amerika (The Fed) dalam memandang progres positif yang telah ditorehkan oleh perekonomian negeri Paman Sam tersebut, yang berakibat meningginya probabilitas kenaikan suku bunga the Fed di setiap pertemuan FOMC (Forum Open Market Committee) di waktu-waktu mendatang.

Baca Juga: Melatih Soft Skill dengan Main Layang-layang, Permainan Tradisional yang Sarat Makna

Alhasil, para investor global berlomba-lomba mengamankan aset finansialnya ke instrumen-instrumen berkategori "safe haven" di satu sisi dan berpacu dalam mencari surat utang murah di pasar keuangan Amerika di sisi lain.

Setiap kenaikan suku bunga the Fed akan menekan harga surat utang-surat utang yang diterbitkan sebelum suku bunga dinaikan, yang mengakibatkan harganya serta merta jatuh.

Mengapa? Karena imbal hasil dari surat utang yang diterbitkan sebelum suku bunga naik akan kalah bersaing dengan imbal hasil surat utang yang diterbitkan setelah suku bunga naik.

Imbasnya, para pemegang surat utang berimbal hasil suku bunga lama akan melepaskan aset finansial yang mereka pegang dengan harga yang jauh lebih murah, untuk menghindari penurunan nilai aset lebih lanjut, akibat semangat "hawkish" the Fed yang belum juga mereda.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat