kievskiy.org

Pilgub Jabar Panggung Elite Nasional, Bukan Lagi Kelas Lokal

Kantor Pemprov Jawa Barat, Gedung Sate.
Kantor Pemprov Jawa Barat, Gedung Sate. /Antara/Novrian Arbi

PIKIRAN RAKYAT - Proses pemungutan suara Pemilu serentak 2024 telah usai. Rekapitulasi suara hasil pemilu presiden dan legislatif pun akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 20 Maret 2024 mendatang. Bagi elite parpol politik, hasil pemilu legislatif merupakan modal untuk bertarung di kancah pemilihan kepala daera (pilkada), November mendatang.

Pesta demokrasi Pemilihan Gubernur Jabar 2024 tinggal menyisakan waktu delapan bulan lagi. Namun jauh sebelum itu, nama-nama bakal kandidat sudah mulai banyak bermunculan, walaupun arah koalisi masih belum jelas. Jika perolehan suara pemilu legislatif sudah diumumkan, maka kemungkinan besar peta politik dan koalisi untuk Pilgub Jabar akan semakin terang benderang.

Faktanya, peta politik Jawa Barat memang unik. Karakter masyarakat Jawa Barat yang dinamis membuat konstelasi politiknya pun selalu berubah. Tak ada parpol yang bisa langgeng menguasai wilayah Jabar. Hampir setiap lima tahunan, parpol politik pemenang pemilu legislatif di Jabar selalu saja berubah.

Dalam sejarah pemilu di Jawa Barat, tidak ada satu pun partai politik yang bisa menjadi pemenang dalam dua pemilu secara berturut-turut. Pemilu 2024 membuktikan kembali kondisi itu.

Baca Juga: 5 Tips untuk Caleg Gagal Supaya Tidak Stres, Ubah Kegagalan Jadi Kebangkitan

Hasil sementara penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum untuk Pemilu 2024, Partai Golkar di Jawa Barat berhasil menggeser dominasi Partai Gerindra yang menjadi pemenang pemilu lima tahun lalu. Partai Demokrat pernah menjadi juara perolehan suara di Jabar pada Pemilu 2009. Begitu pula dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) meraih suara terbanyak pada Pemilu 2014.

Apakah perolehan suara parpol berbanding lurus dengan figur kandidat di Pilgub Jabar? Komposisi figur dan koalisi parpol tampaknya sering tak sejalan dengan komposisi yang ideal dalam meraih suara di Pilgub Jabar 2018. Selain itu, elektabilitas tiap figur secara personal tentu akan dipengaruhi oleh pasangannya sehingga didapatkan angka elektabilitas pasangan yang maksimal.

Tentunya dari sederetan tokoh yang digadang-gadang akan maju dalam konstelasi Pilgub Jabar 2024, bisa tetap eksis hingga pendaftaran calon. Sebaliknya, mereka pun bisa hilang dari radar pencalonan karena alotnya dinamika pembentukan koalisi. Kondisi ini bisa terjadi karena Pilgub Jabar tidak hanya menjadi ajang kompetisi lokal tetapi juga menjadi panggung pertarungan elite-elite nasional.

Baca Juga: Indonesia Negara Hukum tetapi Hukumnya Sering Bermasalah, Entah Siapa yang Salah

Pilkada serentak kali ini berbeda dengan pilkada sebelumnya. Para kandidat hanya memiliki ruang waktu yang sempit dan terbatasnya masa kampanye. Para calon kepala daerah perlu usaha keras dalam memperoleh simpati masyarakat konstituennya dan elektoralnya. Dalam kondisi ini, justru kandidat yang relatif paling diuntungkan adalah petahana.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat