kievskiy.org

Moderasi Beragama dan Peran Lembaga Pendidikan (Islam): Studi Kasus di Cirebon

Ilustrasi santri mengaji Al-qur'an.
Ilustrasi santri mengaji Al-qur'an. /Pikiran-rakyat.com/Arif Hidayah

PIKIRAN RAKYAT - Kita sekarang ini sedang menghadapi sebuah fase ‘ujian’ untuk tetap mempertahankan sebagai sebuah bangsa yang berdiri di atas kemajemukan, multikultural. Kita bangga bangsa ini berdiri di atas kemajemukan dan lebih bangga lagi sebagai sebuah bangsa kita masih survive, tetap tegak berdiri.

Kemajemukan ini dalam dimensi ikatan Bhinneka Tunggal Ika, satu sisi merupakan opportunity tetapi sisi lain merupakan sebuah ancaman. Salah satu bentuk ancaman dalam berbangsa dan bernegara adalah konflik horizontal, diperlukan sikap moderat dalam beragama dan langkah tepat dalam menanamkan sikap beragama yang moderat adalah melalui pendidikan.

Cirebon dan Kemajemukannya

Cirebon memiliki kaya budaya dan dinamika kemajemukan yang tidak hanya dari sisi agama, tetapi juga etnis, budaya, Bahasa, pakaian bahkan makanan. Dalam konteks local yang sering terlihat adalah tradisi muludan yang melegenda dan terjadi akulturasi budaya yang dikemas dalam tradisi keagamaan. 

Sepanjang yang sudah dilakukan ada semangat saling menghormati dan bahkan tanpa perdebatan dilegitimasi oleh stakeholder’s—baik di pemerintahan maupun Keraton—di Cirebon.

Baca Juga: Gibran Rakabuming Memanfaatkan ‘Jalan Tol’ di MK

Islam Majemuk

Dalam realitas sejarah, Islam memiliki ‘banyak wajah’, ‘banyak ruang’, ada Islam ‘luas’, ada Islam ‘sempit’ di bidang aqidah, mistisisme, maupun fiqh. Sebagai konsekuensinya memunculkan banyak mazhab, sekte dan aliran. 

Bahkan ada Islam tekstualis dan kontekstualis serta dari sisi typology dan pendekatan ada yang bercorak purivikasi dan ada yang pendekatan cultural dengan mengakomodasi budaya lokal daerah setempat. 

Lalu pada tataran implementatif keagamaan banyak bermunculan organisasi kemasyarakatan (keagamaan) yang bermuatan pesan-pesan pemahaman dari doktrin dan ajaran agama yang ‘berbeda’.

Baca Juga: Mengapa Kita Sangat Gaduh Masalah Nepotisme?

Hal ini bisa difahami dari asbab al-ikhtilaf pemahaman keagamaan yang kelihatannya berbeda, paling tidak disebabkan oleh adanya beda dalil, beda pemahaman dalil, beda metode dan beda konsep masalah. Tetapi dengan berhujjah pada ‘Ihtilaf al-Imam Rahmat al-Ummah’, maka kita dapat mengatakan ‘sepakat dalam perbedaan’ dengan bersikap tasamuh, toleran dengan pandangan orang/kelompok/aliran/paham lain, dengan meyakini bahwa yang memiliki kemutlakan kebenaran hanyalah Tuhan. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat